Bencana Alam Dan Kerusakan Alam Di Kabupaten Melawi

85 / 100
Kerusakan alam dan bencana alam di Kabupaten Melawi merupakan masalah serius yang harus segera diatasi. Kabupaten Melawi, seperti daerah lain di Indonesia, memiliki potensi bencana alam yang cukup tinggi seperti banjir, longsor, dan kebakaran hutan. Dalam beberapa tahun terakhir, kabupaten ini juga mengalami kerusakan alam yang cukup signifikan akibat eksploitasi sumber daya alam yang tidak terkendali seperti illegal logging, pertambangan ilegal, dan perkebunan kelapa sawit.

Berdasarkan data dari Bidang HIJSTK Disnakertrans Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2022, Kabupaten Melawi terdapat 34 Perusahaan, 27 berskala sedang dan 7 perusahaan berskala besar. Ini merupakan perusahaan yang terdaftar, belum yang tidak terdaftar juga masih banyak.

Beberapa faktor yang menyebabkan bencana alam di Kabupaten Melawi antara lain:

Pertama, Curah hujan yang tinggi: Kabupaten Melawi merupakan wilayah yang berada di daerah tropis dan memiliki curah hujan yang tinggi, terutama saat musim penghujan. Curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan banjir dan longsor.

Polsek Sayan
Keterangan: Kapolsek Sayan Ipda Noviyar Yunus saat berada dilokasi tanah longsor, Maret (20/3).

Kedua, Topografi wilayah yang berbukit dan berbatu: Wilayah Kabupaten Melawi yang berbukit dan berbatu juga memperbesar risiko terjadinya longsor dan tanah longsor, terutama jika ada aktivitas manusia yang merusak tanah seperti deforestasi, pertambangan, atau penggalian tambang emas.

Ketiga, Aktivitas manusia yang merusak lingkungan: Salah satu penyebab kerusakan alam di Kabupaten Melawi adalah aktivitas manusia yang merusak lingkungan seperti illegal logging, pertambangan ilegal, dan perkebunan kelapa sawit. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan lingkungan yang mengakibatkan bencana alam seperti banjir, tanah longsor, dan kebakaran hutan.

Keempat, Kurangnya infrastruktur dan penanganan bencana alam: Di beberapa wilayah Kabupaten Melawi, infrastruktur untuk mengurangi dampak bencana alam seperti tanggul sungai, jalan raya yang kokoh, dan sistem peringatan dini masih kurang. Selain itu, penanganan bencana alam seperti evakuasi dan penyediaan bantuan bagi korban juga masih terkendala.

WhatsApp Image 2023 03 20 at 17.19.06 2
Keterangan: Kondisi Banjir di halaman Kantor Desa Bora foto diambil pada 20 Maret 2023.

Kelima, Perubahan iklim: Perubahan iklim seperti pola curah hujan yang tidak teratur dan suhu yang semakin meningkat juga dapat memperbesar risiko terjadinya bencana alam seperti banjir dan kebakaran hutan.

Dalam mengatasi penyebab bencana alam di Kabupaten Melawi, perlu adanya upaya yang sistematis dan terintegrasi antara pemerintah dan masyarakat setempat. Upaya tersebut mencakup pengurangan risiko bencana, pengurangan aktivitas yang merusak lingkungan, dan peningkatan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup.

Akibat dari bencana alam dan kerusakan alam di Kabupaten Melawi, masyarakat setempat menjadi korban yang harus merasakan dampak yang sangat merugikan, baik secara ekonomi maupun sosial. Banyak rumah dan fasilitas umum yang rusak akibat bencana alam, sehingga masyarakat harus berjuang untuk membangun kembali lingkungan tempat tinggal mereka. Selain itu, kerusakan alam yang terjadi di kabupaten ini juga mengancam ekosistem dan lingkungan hidup, seperti sungai dan hutan, sehingga mengancam keberlangsungan hidup flora dan fauna di sekitarnya.

Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Melawi Tanggal 14 Maret 2023 bahwa dampak banjir dirasakan oleh 32.595 Jiwa, 7.305 Kepala Keluarga, dan merusak tidak kurang dari 83 Fasilitas Umum yang ada di setiap kecamatan di Kabupaten Melawi. Hal ini tentu harus menjadi perhatian serius kita bersama.

Dalam menghadapi masalah ini, peran pemerintah daerah dan masyarakat sangatlah penting. Pemerintah harus memperketat pengawasan dan penegakan hukum terhadap pelaku illegal logging, pertambangan ilegal, dan perkebunan kelapa sawit. Selain itu, pemerintah juga harus meningkatkan penanganan bencana alam, termasuk dengan membangun infrastruktur yang dapat mengurangi dampak bencana, seperti jalan raya yang kokoh, tanggul sungai, dan sistem peringatan dini.

Di sisi lain, masyarakat juga perlu sadar akan pentingnya menjaga alam dan lingkungan hidup. Masyarakat dapat melakukan aksi kecil seperti menanam pohon, mengurangi penggunaan plastik, dan membuang sampah pada tempatnya untuk membantu menjaga lingkungan. Selain itu, masyarakat juga dapat membentuk kelompok masyarakat peduli lingkungan (KMPKL) untuk mengawasi dan melaporkan kegiatan yang merusak lingkungan hidup.

Dalam kesimpulannya, bencana alam dan kerusakan alam di Kabupaten Melawi merupakan masalah serius yang harus segera ditangani. Pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama untuk mengurangi risiko bencana alam dan menjaga alam agar tetap lestari. Dengan demikian, kita dapat menjamin keberlangsungan hidup masyarakat dan ekosistem di Kabupaten Melawi.

 

Penulis adalah Akademisi Fisip Untan Pontianak 

Ahirul Habib Padilah, S.IP., M.I.Pol.